Krisis energi membayangi masa depan dunia. Sumber daya yang ada tak
cukup, tak pernah akan cukup menandingi nafsu manusia yang ingin
segalanya makin mudah dan canggih.
Bahan bakar fosil yang makin menipis di tengah kekisruhan di Timur Tengah, membuat orang melirik sumber-sumber energi alternatif, misalnya panas bumi, cahaya matahari, air, juga nuklir yang meski bisa menimbulkan petaka, tetap memikat.
Soal energi alternatif, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyiapkan terobosan: memanen energi dari luar angkasa. Sebuah perangkat berbentuk mirip gelas koktail raksasa sedang digagas. Ia nantinya akan diterbangkan ke langit untuk memanen energi matahari dari dekat.
Seperti dimuat Daily Mail, NASA telah mengalokasikan dana untuk melakukan penelitian awal.
Energi yang dikumpulkan itu nantinya akan disalurkan ke bumi, diambil stasiun pembangkit listrik, dan disalurkan ke konsumen.
Ide ini dibahas secara serius di NASA, yang mengutus salah satu mantan insinyurnya untuk menyiapkan konsep studi.
John Mankins, yang menjalankan perusahaan Artemis Innovation Management Solutions di California mengatakan, instrumen pemanen energi matahari -- SPS-ALPHA atau Solar Power Satellite via Arbitrarily Large PHased Array, akan menjadi nyata suatu hari nanti. Ia mengklaim, cara ini lebih murah dari pada energi alternatif yang lain.
Instrumen SPS-ALPHA dibentuk dari ribuan potongan mirip kaca tipis yang melengkung yang masing-masing bisa bergerak, untuk memastikan mereka bisa menyerap sinar matahari sebanyak mungkin.
Bagian dalamnya, akan dilapisi dengan panel photovaltic yang mengubah energi matahari menjadi gelombang mikro.
Gelombang mikro ini kemudian disalurkan ke bumi, melalui bagian bawah 'gelas koktail' itu.
Dalam situs NASA, Mankins menulis, proyek ini sebagai sebuah 'novel, bio-imitasi pendekatan terhadap energi matahari di luar angkasa'.
"Jika berhasil, proyek ini akan memungkinkan pembangunan platform besar, dari puluhan ribu elemen kecil yang bisa mengirimkan energi dari puluhan sampai ribuan megawatt, menggunakan transmisi daya nirkabel untuk dipasarkan di Bumi, juga menyediakan energi untuk misi ke luar angkasa," kata Mankins.
Teknologi ini menjadikan impian manusia membuat "Bola Dyson" mendekati kenyataan. Bola Dyson adalah megastruktur yang diusulkan Freeman Dyson, berupa panel surya berbentuk bola yang mengelilingi matahari, menyerap energinya, dan menyediakan daya bagi manusia secara tak terbatas. Namun, tak ada penjelasan bagaimana mengalirkan energi tersebut ke Bumi, yang berjarak 93 juta mil. Ide ini banyak dikutip dalam karya fiksi ilmiah.
Masalah utama Bola Dyson terjawab dalam instrumen yang digagas NASA. Yakni dengan mengubah energi Matahari menjadi gelombang mikro.
Pengumuman NASA datang setelah regulator di Kalifornia menyetujui kontrak dengan perusahaan AS, Solaren Corp untuk memasok energi berbasis matahari dari luar angkasa kepada sejumlah perusahaan di AS awal 2016.
Sebuah grup perusahaan Jepang yang bekerjasama dengan badan antariksanya, Japan Aerospace Exploration Agency juga berencana melakukan hal yang sama dalam kurun waktu 20 tahun. (umi)
Bahan bakar fosil yang makin menipis di tengah kekisruhan di Timur Tengah, membuat orang melirik sumber-sumber energi alternatif, misalnya panas bumi, cahaya matahari, air, juga nuklir yang meski bisa menimbulkan petaka, tetap memikat.
Soal energi alternatif, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyiapkan terobosan: memanen energi dari luar angkasa. Sebuah perangkat berbentuk mirip gelas koktail raksasa sedang digagas. Ia nantinya akan diterbangkan ke langit untuk memanen energi matahari dari dekat.
Seperti dimuat Daily Mail, NASA telah mengalokasikan dana untuk melakukan penelitian awal.
Energi yang dikumpulkan itu nantinya akan disalurkan ke bumi, diambil stasiun pembangkit listrik, dan disalurkan ke konsumen.
Ide ini dibahas secara serius di NASA, yang mengutus salah satu mantan insinyurnya untuk menyiapkan konsep studi.
John Mankins, yang menjalankan perusahaan Artemis Innovation Management Solutions di California mengatakan, instrumen pemanen energi matahari -- SPS-ALPHA atau Solar Power Satellite via Arbitrarily Large PHased Array, akan menjadi nyata suatu hari nanti. Ia mengklaim, cara ini lebih murah dari pada energi alternatif yang lain.
Instrumen SPS-ALPHA dibentuk dari ribuan potongan mirip kaca tipis yang melengkung yang masing-masing bisa bergerak, untuk memastikan mereka bisa menyerap sinar matahari sebanyak mungkin.
Bagian dalamnya, akan dilapisi dengan panel photovaltic yang mengubah energi matahari menjadi gelombang mikro.
Gelombang mikro ini kemudian disalurkan ke bumi, melalui bagian bawah 'gelas koktail' itu.
Dalam situs NASA, Mankins menulis, proyek ini sebagai sebuah 'novel, bio-imitasi pendekatan terhadap energi matahari di luar angkasa'.
"Jika berhasil, proyek ini akan memungkinkan pembangunan platform besar, dari puluhan ribu elemen kecil yang bisa mengirimkan energi dari puluhan sampai ribuan megawatt, menggunakan transmisi daya nirkabel untuk dipasarkan di Bumi, juga menyediakan energi untuk misi ke luar angkasa," kata Mankins.
Teknologi ini menjadikan impian manusia membuat "Bola Dyson" mendekati kenyataan. Bola Dyson adalah megastruktur yang diusulkan Freeman Dyson, berupa panel surya berbentuk bola yang mengelilingi matahari, menyerap energinya, dan menyediakan daya bagi manusia secara tak terbatas. Namun, tak ada penjelasan bagaimana mengalirkan energi tersebut ke Bumi, yang berjarak 93 juta mil. Ide ini banyak dikutip dalam karya fiksi ilmiah.
Masalah utama Bola Dyson terjawab dalam instrumen yang digagas NASA. Yakni dengan mengubah energi Matahari menjadi gelombang mikro.
Pengumuman NASA datang setelah regulator di Kalifornia menyetujui kontrak dengan perusahaan AS, Solaren Corp untuk memasok energi berbasis matahari dari luar angkasa kepada sejumlah perusahaan di AS awal 2016.
Sebuah grup perusahaan Jepang yang bekerjasama dengan badan antariksanya, Japan Aerospace Exploration Agency juga berencana melakukan hal yang sama dalam kurun waktu 20 tahun. (umi)
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong di komen ya :)
AKU CINTA INDONESIA